MENELAAH STRUKTUR DAN KEBAHASAAN TEKS NARASI (CERITA FANTASI)

 

MENELAAH STRUKTUR DAN KEBAHASAAN CERITA FANTASI

(sumber: google.com)

 

A.    Struktur Cerita Imajinasi

 


1.      Orientasi

Bagian ini merupakan tahap pengenalan mengenai cerita tentang apa, siapa pelaku dalam cerita, di mana cerita terjadi, dan kapan cerita itu terjadi.

 

2.      Komplikasi

Pada bagian ini tokoh telah mengalami konflik. Konflik ini dapat berupa konflik tokoh yang berhadapan dengan kekuatan alam, antartokoh, atau dengan dirinya sendiri.

 

3.      Resolusi

Bagian ini merupakan tahapan penyelesaian atau peleraian. Tahapan ini bisa ditutup dengan akhir yang menyenangkan atau tidak sedikit cerita yang berakhir dengan tragis dan menyedihkan.

 

Perhatikan contoh berikut.

Orientasi

Minggu pagi yang cerah Ardi, Handi, dan Dani berada di Candi Trowulan. Mereka merupakan siswa dari sebuah SMP yang sedang melakukan tugas pengamatan untuk karya ilmiah remaja.

 

Komplikasi

“Tolooong,“ tiba-tiba terdengar suara Handi berteriak minta tolong. Dani dan Ardi yang berada tidak jauh dari tempat itu segera berlari menghampiri. Betapa kagetnya mereka berdua melihat Handi berada di sebuah lubang dan hanya kelihatan tangannya. Dengan reflek Ardi dan Dani menarik berusaha menolong Handi. Tapi “Aaahh...! terdengar teriakan keras dan mereka bertiga terseret masuk ke lubang itu.

“Di mana kita??” Ardi bertanya sambil menatap tembok sekelilingnya yang memancarkan kemilau keemasan.

“Tempat apa ini?” Handi dan Dani bertanya hampir bersamaan.

Tiba-tiba, di hadapan mereka, muncul laki-laki bertubuh kekar.

“Kalian bertiga saya panggil untuk menemui leluhurmu!” laki-laki tegap itu berujar dengan penuh wibawa. Ketiga anak itu terbelalak.

“Sii aa .. pa Bapak?” sambil gemetar Handi memberanikan diri untuk bertanya.

Situs Trowulan

“Aku yang berjanji tak akan makan buah palapa sebelum Nusantara bersatu,” jawab laki-laki itu dengan mata tajam menatap ke arah tiga anak yang masih ketakutan itu.

“Gaajah Maada ...!” suara ketiganya seperti tercekat.

“Ya benar akulah Gajah Mada yang sejak muda berusaha keras berlatih untuk menjadi orang berguna,” suara laki-laki itu dengan sangat berwibawa.

“Apa yang sudah kamu lakukan untuk menyiapkan dirimu agar menjadi orang berguna,” mata laki-laki itu lekat menatap Handi. Kemudian dia beralih memegang bahu Ardi dan Dani.

“Saya berusaha menjadi juara kelas dengan belajar tiap hari,” Ardi menjawab agak terbata-bata.

“Saya belajar tiap malam sehingga saya selalu rangking satu di sekolah,” Handi menyahut.

“Saya les semua mata pelajaran sehingga selalu mendapat prestasi Matematika tertinggi di kelasku,” Dani menimpali jawaban teman-temannya.

“Belum cukup, kalian semua harus menambahkan jawaban lagi dengan benar untuk dapat dikembalikan ke tempat semula,” laki-laki itu semakin mendekat. Ketiga anak itu berpikir keras untuk mengungkapkan hal terbaik apa yang telah diperbuat selama ini. Setelah satu jam berpikir keras Handi membuka pembicaraan.

“Saya selalu berusaha untuk tidak terlambat datang ke sekolah dan menyelesaikan tugas tepat waktu,” Handi memulai mengajukan ide.

“Saya berusaha bekerja keras dan tidak mencontek waktu ujian,” kata-kata Ardi meluncur deras.

“Saya mendengarkan teman yang berbeda pendapat dan meresponnya dengan santun,” Dani bertutur dengan lancar.

 

Resolusi

Selesai Dani menyelesaikan kalimatnya, terdengar dentuman keras. Buuuum...! Seakan ada yang mengangkat mereka bertiga tiba-tiba sudah kembali berada di area Candi Trowulan tempat mereka melakukan pengamatan. Ketiganya mengusap mata. Seakan tidak percaya mereka saling berangkulan.

“Benar kata Gajah Mada tadi...” Handi berucap lirih.  

“Iya kita tidak cukup hanya hanya dengan pintar” Ardi berkata hampir tak terdengar.

“Ya kita harus memiliki perilaku yang baik...” Dani berteriak lantang sambil menyeret kedua temannya menuju area candi yang harus diamati. Mereka bertiga bertekad menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Seperti biasanya mereka bekerja keras untuk menghasilkan sebuah karya.

 

B.     Ciri Kebahasaan Cerita Fantasi

 

1.      Konjungsi urutan waktu

Beberapa konjungsi urutan waktu yang sering digunakan dalam cerita imajinasi adalah kemudian, seketika, tiba-tiba, sementara itu, lalu, selama, bersamaan, selanjutnya, akhirnya, dan lain-lain.

Contoh.

“Siap, kapten!!!” dengan sedikit bercanda Berry menghormat layaknya prajurit. Akhirnya, mereka bertiga selesai beristirahat dan akan melanjutkan perjalanan.

 

2.      Kata ganti

Kata ganti merupakan kata yang menggantikan suatu benda atau hal. Kata ganti ini terdiri atas kata ganti orang, kata ganti penunjuk, dan kata ganti penanya.

Contoh.

“Si..si..siapa kau ini?” Taufiq terbata-bata karena kaget.

“Perkenalkan aku adalah jin dari Timur Tengah yang sudah seribu tahun terperangkap di dalam botol itu,” Jin itu membalas.

“1000 tahun dalam botol?” Hahaha... pantas saja wajahmu keriput,” Berry tertawa.

siapa                 = kata ganti penanya

itu                     = kata ganti penunjuk

mu, aku, kau     = kata ganti orang

 

3.      Kalimat langsung dan kalimat tak langsung

Kalimat langsung biasanya diucapkan langsung oleh tokoh dalam cerita.

Contoh.

“Apa yang kau lihat?” kata seorang kakek mencoba memberi simpati.

 

Kalimat tak langsung digunakan oleh pengarang dalam menceritakan tindakan tokoh tersebut. Bisa juga digunakan oleh tokoh saat menceritakan tokoh lain.

Contoh.

Sekarang Jozu baru tahu bahwa tanda shuriken di tangannya adalah tanda bahwa ia adalah keturunan para ninja.

4.      Kata/Ungkapan Keterkejutan

Penggunaan kata keterkejutan berfungsi untuk menggerakkan cerita (memulai masalah)

Contoh

Setibanya di rumah, tiba-tiba tangannya bergerak sendiri ketika melihat vas bunga akan jatuh ketika disandung kucing.

 

Saat sedang asyiknya berjalan, Taufiq terpeleset karena kakinya menginjak sebuah botol.

 

Di tengah kebahagiaannya datanglah musibah itu.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYAJIKAN DATA, GAGASAN, DAN KESAN DALAM BENTUK TEKS DESKRIPSI

MENELAAH STRUKTUR TEKS CERITA PENDEK