Postingan

Menampilkan postingan dengan label tindak tutur

Tindak Tutur Direktif

      Tindak tutur direktif merupakan bagian dari tindak tutur ilokusioner. Tindak tutur direktif mengandung hal yang bersifat keinginan penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Jenis tindak direktif adalah perintah, permintaan, dan pemberian saran. Indikator dari tindak tutur direktif adalah adanya tanggapan berupa tindakan dari mitra tutur (Kushartanti, dkk. 2009:100).        Bentuk dari tindak tutur direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang dikehendaki penutur (Rahadi, 2009:17). Tindak tutur direktif disebut juga tindak tutur impositif sebab melalui tindak tutur direktif penutur akan memengaruhi mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Tuturan yang termasuk ke dalam tindak tutur direktif antara lain tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, memohon, menantang, dan memberi aba-aba. Misalnya, “Coba julurkan lidahmu!” tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur direktif

Tindak Tutur dan Konteks Tutur

Gambar
A. Tindak Tutur Tindak tutur “ speech act ” pertama kali disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin pada tahun 1955 dalam sebuah pidato di Universitas Harvard, yang kemudian diterbitkan dengan judul “ How do to things with words ” pada tahun 1962. Austin mengatakan bahwa sebenarnya pada saat mengatakan sesuatu seseorang juga melakukan sesuatu (Nadar, 2009:11). Pada saat seseorang menggunakan kata kerja berjanji, minta maaf, menamakan, dan menyatakan maka seseorang tersebut juga melakukan tindakan berjanji, meminta maaf, dan menamakan.        Kemudian, teori tindak tutur tersebut dikembangkan kembali oleh Searle pada tahun 1969. Menurut Searle tindak tutur mempunyai fungsi komunikatif yaitu dapat membantu penutur untuk menyampaikan tujuan tuturannya kepada mitra tutur (Perkins, 2007:15). Semua komunikasi kebahasaan terdapat tindak tutur sebab komunikasi bukan hanya sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi merupakan hasil dari tindak tutur. Oleh karena it

Jenis-Jenis Tindak Tutur

Gambar
Searle (dalam Rahadi, 2005:70) menyatakan bahwa penggunaaan bahasa dalam masyarakat terdiri dari tiga jenis tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur lokusioner, (2) tindak tutur ilokusioner, dan (3) tindak tutur perlokusioner.   1. Tindak Tutur Lokusioner Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung kata, frasa, dan kalimat itu. Dengan kata lain, tindak lokusioner adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Misalnya, kepalaku sakit, semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya tuturan tersebut penutur sedang sakit kepala. 2. Tindak Tutur Ilokusioner Tindak perlokusioner adalan tindak tutur yang memberikan pengaruh kepada mitra tutur. Tuturan yang diucapkan oleh penutur sering kali memiliki efek atau daya pengaruh bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak