MENELAAH KEBAHASAAN TEKS CERPEN
Aspek Kebahasaan pada Teks Cerpen
Cerpen memiliki kekhasan penggunaan bahasa seperti cerita fiksi lainnya.
Bagi pengarang cerpen, bahasa adalah saran untuk mengomunikasikan dan mewakili
hal yang ada di benaknya. Ada beberapa unsur kebahasaan yang sering digunakan
pengarang cerpen dalam proses kreatif, di antaranya sebagai berikut.
1.
Kosa kata mempunyai hubungan erat dalam
menciptakan alur cerita. Ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan kosakata akan
memberikan gambaran kualitas cerpen yang dibuat. Selain itu, pemilihan kosakata
yang tepat akan menambah keindahan dan keserasian makna yang tercipta.
Pemilihan kosakata dalam cerpen dapat berupa pemilihan menggunakan kata khusus
daripada kata umum. Contohnya kata mawar memiliki makna kata khusus daripada
kata bunga.
2.
Penggunaan dialog yaitu menggunakan
kalimat langsung yang ditandai dengan
tanda kutip dua.
3.
Penggunaan kata benda khusus, pilihan
kata benda yang bermakana kuat dan bermakna khusus, misalnya memilih kata beringin atau trembesi dibanding pohon.
4.
Uraian deskriptif yang rinci, deskripsi
yang disunakan untuk menggambarkan pengalaman, latar, dan karakter. Misalnya,
baunya seperti apa, apa yang bisa didengar, terlihat seperti apa, seperti apa
rasanya, dan lain-lain
5.
Penggunaan Majas
a.
Smile ditandai dengan penggunaan kata
seperti, bagai, laksana. Contoh : Kau seperti harumnya bunga.
b.
Majas metafora adalah kiasan (kata-kata
yang bukan arti sebenarnya) yang mengandung perbandingan tersirat. Contoh :
Suaranya lembut seperti kapas.
c.
Majas personifikasi adalah majas yang
memberikan sifat kemanusiaan atau insani kepada benda mati yang sejatinya tidak
memiliki sifat kemanusiaan. Selain diberikan kepada benda mati, majas berjenis
personifikasi juga sering diimbuhkan kepada makhluk hidup yang bukan manusia
seperti tumbuhan dan hewan. Contoh : pensil itu menari-nari di atas kertas.
d.
Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang
melebih-lebihkan atau membesar-besarkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh : Aku
berlari secepat kilat.
e.
Majas litotes adalah gaya bahasa yang
membuat suatu hal sebenarnya bernilai positif kemudian dikecilkan sehingga
terkesan negatif.
Contoh: Terimalah kado pemberianku yang tak berharga ini kawan.
f.
Majas ironi adalah gaya bahasa yang
menggunakan makna berlainan dari makna sebenarnya yang ingin dimaksud.
Contohnya: “Luas sekali ruangan ini, hingga Aku sesak dibuatnya”. “luas” pada
kalimat tersebut sebetulnya ingin mengungkapkan bahwa ruangan itu justru
“sempit”.
g.
Majas metonimia adalah gaya bahasa yang
menggunakan kata untuk mewakili sesuatu yang lain dari makna kata aslinya
berdasarkan pertalian yang dekat dari keduanya. contohnya: Tolong matikan sanyo,
bak mandinya sudah penuh.
h.
Eufemisme digunakan sebagai ungkapan
yang dapat menggantikan sesuatu yang dianggap tidak berkenan, untuk menghindari
rasa malu, menghindari kata yang dapat membuat orang lain tersinggung. Sehingga
dalam berkomunikasi dapat memberi kesan kamar kecilnya? (lebih sopan dibanding
"tempat kencing")
i.
Majas repetisi dapat di definisikan
sebagai gaya bahasa yang menggunakan cara atau pengulangan kata, frasa, dan
klausa. Contoh : Selamat
jalan sahabatku, selamat jalan teman kecil ku.
6. Penggunaan
pertanyaan retoris sebagai teknik melibatkan pembaca, “Pernahkah tinggal di
rumah apung di sungai?”
7. Bahasa
tidak baku dan tidak formal
Cerpen sering disajkan dengan bahasa
tidak baku dan tidak formal karena menceritakan kehidupan sehari-hari.
Penggunaan bahasa tidak baku dan tidak formal ini akan membuat cerpen lebih
terasa dekat dengan pembaca. Selain itu, penggunaan bahasa tidak baku dan tidak
formal akan membuat cerita terasa lebih nyata.
8. Penggunaan
kalimat yang menunjukkan keterangan waktu
Kalimat keterangan waktu adalah kalimat
yang di dalamnya terdapat kata keterangan awaktu sebagi penunjuk waktu terjadinya
sebuah peristiwa tertentu. Contoh penggunaan kata keterangan waktu, antara lain
besok, pagi, siang, sore, malam, esok, lusa, kemarin, dan petunjuk hari.
9.
Penggunaan
kata/kalimat ekspresif
Kata/kalimat
ekspresif yang dimaksud di sini adalah penggunaan kata/kalimat yang mampu
mengekspresikan perasaan pengarang melalui tuturan tokoh. Biasanya pengarang
akan menggunakan kata seru, kata serapan, atau penggunaan simbol tertentu.
Contoh:
“Aduh
biyuuung! Aduh biyuuuunng!” tangisnya mengaung.
Wajahnya keras dan
beku seperti batu. Ia berkata, “Aku ikut”.
Komentar
Posting Komentar