Peristiwa Tutur


       Pada proses komunikasi penutur menyampaikan informasi kepada mitra tutur secara keseluruhan yang membentuk tindak tutur dan peristiwa tutur dalam situasi tutur. Peristiwa tutur merupakan suatu kegiatan terkontrol oleh sejumlah kaidah maupun norma yang digunakan dalam berbicara. Peristiwa tutur termasuk ke dalam rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang merupakan gejala yang bersifat sosial. Oleh karena itu, Purba (2011:88) menyatakan bahwa interaksi yang berlangsung antara penutur dan mitra tutur di suatu tempat tertentu dan situasi tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sebuah peristiwa tutur.
       Peristiwa tutur meliputi (1) penutur dan mitra tutur, (2) pokok tuturan, (3) tempat, (4) waktu, dan (5) situasi. Chaer & Agustina (2010:49) mengemukakan bahwa sebuah interaksi percakapan dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur apabila memenuhi sejumlah kriteria Hymes sebagai berikut.
    (1)   Setting and Scene
Hal ini berarti berkenaan dengan waktu, tempat, dan situasi tuturan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda menyebabkan variasi bahasa yang digunakan berbeda juga. Percakapan yang terjadi di pasar tentu situasinya berbeda dengan percakapan yang terjadi di ruang perpustakaan.
      (2)   Participants
Hal ini berkenaan dengan siapa yang menjadi penutur dan mitra tutur. Antara penutur dan mitra tutur tentunya saling berinteraksi dan bertukar peran. Penutur sebagai pemberi informasi akan menjadi mitra tutur dan mitra tutur akan menjadi penutur, demikian seterusnya hingga percakapan berakhir.
(3)   Ends
Hal ini berkenaan dengan tujuan dan maksud tuturan dalam percakapan. Misalnya, peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara. Namun, partisipan dalam peristiwa tutur tersebut mempunyai maksud dan tujuan berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan terdakwa tidak bersalah, dan hakim ingin memberikan putusan yang adil.
      (4)   Act Sequence
Hal ini berkenaan dengan bentuk dan isi ujaran dalam percakapan. Bentuk dan isi ujaran tersebut mengacu pada bahasa yang digunakan dan hubungan antara apa yang dibicarakan dengan topik pembicaraan. Misalnya, bentuk ujaran antara dokter dan pasien tentu berbeda dengan bentuk ujaran antara guru dan siswa. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.
      (5)   Key
Hal ini berkaitan dengan nada, tekanan, dan semangat partisipan dalam menyampaikan informasi. Dengan kata lain, key mengacu pada gaya partisipan dalam menyampaikan informasi dengan cara santai, serius, mengejek, dan sebagainya.
      (6)   Instrumentalities
Hal ini berkaitan dengan ragam bahasa yang digunakan. Partisipan dapat menggunakan ragam bahasa formal maupun ragam bahasa lainnya tergantung situasi dalam persitiwa tutur tersebut.
 (7)   Norm of Interaction and Interpretation
Hal ini berkenaan dengan norma dan aturan dalam sebuah percakapan. Norma dan aturan berkaitan dengan cara penutur mengemukakan pendapat, menyangkal, ataupun bertanya sehingga tidak menyinggung perasaan petutur.
      (8)   Genre
Hal ini berkenaan dengan bentuk penyampaian tuturan. Bentuk penyampaian tersebut dapat berupa deskripsi, narasi, eksposisi maupun argumentasi. Bahkan dapat juga berbentuk sastra, seperti pantun atau pepatah melalui sebuah puisi.
       Menurut Rahadi (2010:32), setiap tuturan atau ujaran dalam komunikasi selalu berkaitan erat dengan komponen-komponen dalam peristiwa tutur. Namun, komponen dalam peristiwa tutur tidak selalu muncul secara bersamaan dalam sebuah tuturan. Hal itu disebabkan karena setiap komponen dalam peristiwa tutur memiliki peran dan fungsi masing-masing.
       Secara berurutan situasi tutur, peristiwa tutur, dan tindak tutur merupakan tiga satuan interaksi dari yang terbesar hingga terkecil. Tindak tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Situasi tutur selalu berkaitan dengan tindak tutur. Menurut Sumarsono & Partana (2002:321) tindak tutur dapat berupa kalimat panjang, kalimat pendek, atau kalimat yang hanya terdiri dari sebuah morfem. Tindak tutur dapat diperoleh maknanya melalui konteks tutur, bentuk gramatikal, dan intonasi yang digunakan.

*Untuk daftar pustaka hubungi penulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYAJIKAN DATA, GAGASAN, DAN KESAN DALAM BENTUK TEKS DESKRIPSI

MENELAAH STRUKTUR DAN KEBAHASAAN TEKS NARASI (CERITA FANTASI)

MENJELASKAN ISI TEKS DESKRIPSI